Minggu, 18 Agustus 2019

AWAS KANKER PAYUDARA


"Tidak semua benjolan payudara pertanda penyakit kanker"
 
Payudara terdiri dari lemak, saraf, pembuluh darah, jaringan kelenjar,  jaringan ikat fibrosa, serta lobulus dan saluran air susu. Hal itu membuat permukaan payudara tidak rata. Pada wanita yang berusia di bawah 40 tahun, benjolan atau daging tumbuh yang terasa pada payudara memiliki kemungkinan kecil tergolong kanker.

Benjolan yang muncul di payudara bisa terasa keras dan sulit digerakkan atau lembut bagaikan penuh cairan dan berpindah saat disentuh. Besarnya pun beragam, mulai dari sebesar kacang, telur puyuh, hingga lebih besar.
Selain kanker, ada beberapa kemungkinan penyebab benjolan atau daging tumbuh di payudara. 

Penyebab Benjolan Payudara
Penyebab benjolan payudara sangat beragam, tergantung pada jenis benjolan itu sendiri. Berikut akan dijelaskan jenis benjolan payudara, beserta masing-masing penyebabnya.

Kista

Kista adalah benjolan berisi cairan. Wanita dapat memiliki satu kista atau lebih pada satu atau kedua payudara. Kista payudara umumnya berbentuk bulat atau lonjong. Meskipun umumnya lunak, kista juga kadang teraba padat.

Kista terbentuk akibat penumpukan cairan di dalam kelenjar payudara. Belum diketahui mengapa hal tersebut terjadi, namun diduga terkait perubahan hormon wanita pada siklus menstruasi.


Fibroadenoma

Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling sering terjadi pada wanita dalam rentang usia 20-30 tahun. Fibroadenoma terbentuk dari jaringan payudara dan jaringan ikat, serta dapat terjadi pada satu atau kedua payudara.

Fibroadenoma terbagi menjadi dua jenis. Jenis pertama yaitu simple fibroadenoma, yang tidak bersifat kanker. Sedangkan jenis kedua adalah complex fibroadenoma, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.

Sampai saat ini, belum diketahui apa yang menyebabkan fibroadenoma. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan hormon estrogen, atau penggunaan pil KB sebelum usia 20 tahun.


Fibrokistik payudara

Fibrokistik payudara adalah pertumbuhan jaringan fibrosa yang abnormal, sehingga lebih menonjol dibanding jaringan lemak. Jaringan fibrosa merupakan jaringan penyusun ligamen, yaitu jaringan yang menghubungkan antar tulang. Jaringan fibrosa juga membentuk jaringan parut dan jaringan ikat. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, namun biasanya menimpa wanita dalam rentang usia 30-50 tahun.

Penyebab fibrokistik payudara belum diketahui secara pasti, namun diduga ada kaitannya dengan perubahan hormon estrogen dalam siklus menstruasi.


Papiloma intraduktal

Papiloma intraduktal adalah tumor jinak yang terbentuk di duktus, yaitu saluran yang membawa susu dari kelenjar susu (lobulus) ke puting payudara. Tumor ini terbentuk dari jaringan fibrosa, kelenjar, dan pembuluh darah. Papiloma intraduktal diketahui paling sering menimpa wanita usia 35-55 tahun.

Papiloma intraduktal dapat berupa tumor tunggal (solitary intraductal papilloma). Jenis ini umumnya tumbuh di dekat puting, dan tidak bersifat kanker. Sedangkan papiloma yang terdiri dari banyak tumor (multiple papilloma) lebih berisiko berkembang menjadi kanker.

Papiloma intraduktal umumnya terjadi pada wanita dalam rentang usia 35-55 tahun. Akan tetapi, belum diketahui apa penyebab serta faktor risiko kondisi ini.


Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara, yang kadang disertai infeksi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terbentuknya abses (kumpulan nanah) pada jaringan payudara. Pada kasus yang parah, mastitis akan berakibat fatal bila tidak segera ditangani. Walaupun umumnya menimpa ibu menyusui, mastitis juga dapat dialami wanita secara umum, bahkan juga pria.

Mastitis disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam lapisan kulit, kemudian menginfeksi jaringan payudara. Selain oleh infeksi bakteri, mastitis juga dapat disebabkan oleh penyumbatan di duktus, saluran yang membawa ASI dari kelenjar payudara ke puting. Penyumbatan akan membuat ASI mengendap di dalam payudara, lalu memicu peradangan yang berujung infeksi.


 Lipoma

Lipoma adalah benjolan lemak yang tumbuh secara perlahan di bawah kulit. Benjolan ini dapat tumbuh di bagian tubuh mana pun seperti leher, bahu, punggung, perut, termasuk payudara. Lipoma termasuk tumor jinak dan tidak berbahaya, tetapi bisa dibuang bila ukurannya cukup besar dan mengganggu.

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan lipoma. Namun demikian, kondisi ini cenderung terjadi pada seseorang dari keluarga yang memiliki riwayat lipoma. Meskipun dapat dialami oleh orang dari segala usia, lipoma lebih sering menimpa orang berusia 40-60 tahun.

Nekrosis lemak

Nekrosis lemak adalah kerusakan kelenjar lemak di payudara, yang umumnya terjadi akibat cedera. Kondisi ini juga bisa terjadi setelah menjalani operasi atau terapi radiasi pada payudara.

Nekrosis dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain efek samping radioterapi atau prosedur bedah. Beberapa metode bedah payudara yang dimaksud adalah lumpektomi, mastektomi, rekontruksi payudara, pengecilan payudara, dan biopsi payudara.

Gejala Benjolan Payudara
Benjolan payudara dapat bervariasi dalam ukuran dan teksturnya, tergantung pada jenis benjolannya. Beberapa karakteristik benjolan yang dapat muncul, antara lain:

  • Benjolan bisa muncul tunggal atau banyak, di satu atau kedua payudara.
  • Ukuran benjolan bisa kurang atau lebih dari 5 cm, namun dapat tumbuh membesar.
  • Benjolan bisa teraba lunak, kenyal, atau padat.
  • Bentuk benjolan bisa bulat atau lonjong, dan dapat digerakkan.
  • Benjolan membesar sebelum menstruasi, dan kembali ke ukuran semula setelah menstruasi selesai.
Selain itu, gejala lain yang bisa muncul adalah:

  • Payudara teraba keras.
  • Perubahan bentuk pada kedua payudara.
  • Payudara membengkak.
  • Puting terasa gatal atau sensitif.
  • Payudara terasa keras dan hangat bila disentuh.
  • Demam.
  • Lemas.
  • Puting mengeluarkan cairan yang dapat terlihat bening atau keruh.
Segera periksakan ke dokter bila muncul gejala berikut:

  • Benjolan tidak hilang setelah mestruasi, atau lebih dari 4 atau 6 minggu.
  • Muncul benjolan baru.
  • Benjolan membesar.
  • Benjolan teraba padat dan tidak bergeser bila digerakkan.
  • Puting mengeluarkan darah.
  • Kulit payudara memerah, mengeras, atau mengkerut seperti kulit jeruk.
  • Payudara memar tanpa sebab yang jelas.
  • Puting yang masuk ke dalam atau posisinya tidak normal.
  • Muncul benjolan di ketiak.
Diagnosis Benjolan Payudara
Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan bertanya mengenai gejala yang dialami dan kapan benjolan mulai muncul. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba payudara pasien. Pemeriksaan fisik dapat membantu dokter memastikan lokasi benjolan, sehingga bila dilakukan pemeriksaan penunjang, dokter dapat fokus pada area tersebut. Meskipun demikian, agar dipastikan benjolan pada pasien bukan kanker, dokter akan menjalankan pemeriksaan penunjang, seperti:

Mammografi

Mammografi adalah foto Rontgen pada payudara. Pada pemeriksaan ini, payudara pasien akan ditekan, agar gambar jaringan payudara dapat terlihat lebih jelas. Melalui mammografi, sejumlah kelainan pada payudara dapat terlihat, misalnya tumor, penumpukan kalsium, atau jaringan yang padat di payudara.


Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara, untuk menghasilkan gambar. USG payudara sangat berguna dalam memeriksa benjolan payudara, terutama dalam membedakan benjolan padat dan benjolan yang berisi cairan.


MRI

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang suara untuk menampilkan gambar bagian dalam tubuh. MRI digunakan untuk memeriksa dengan lebih teliti benjolan yang dirasakan saat pemeriksaan fisik, namun tidak terlihat pada mammografi atau USG.


Duktografi

Duktografi atau galaktografi, adalah prosedur pengambilan gambar kelenjar payudara dengan mesin foto Rontgen, untuk membantu dokter mengetahui penyebab keluarnya cairan dari puting. Prosedur ini didahului pemberian suntikan kontras ke puting.


Biopsi

Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel benjolan atau seluruh benjolan, untuk diperiksa di laboratorium. Beberapa metode biopsi payudara adalah:

- Aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration biopsy)

- Biopsi bedah (surgical biopsy)

- Biopsi dengan bantuan vakum (vacum-asssisted biopsy)

- Biopsi jarum inti (core needle biopsy)

Pengobatan Benjolan Payudara
Pada banyak kasus, benjolan payudara tidak perlu ditangani karena tidak berbahaya dan mengganggu. Bahkan pada beberapa kasus, benjolan dapat menghilang dengan sendirinya. Tindakan medis baru akan diambil bila benjolan makin besar atau menimbulkan nyeri hebat.
Prosedur untuk menangani benjolan payudara tergantung pada jenis benjolannya, antara lain:

Lumpektomi

Lumpektomi dimulai dengan memberi bius lokal pada pasien. Setelah bius bekerja, dokter akan membuat irisan di sekitar area tumor, kemudian mengangkat tumor dan sedikit jaringan di sekitarnya. Prosedur ini biasanya dilakukan pada wanita dengan satu benjolan dengan diameter kurang dari 5 sentimeter.


Krioterapi

Krioterapi atau terapi beku bertujuan untuk menghancurkan sel abnormal dengan cara dibekukan. Pada prosedur ini, jarum khusus akan dimasukkan langsung ke area tumor. Kemudian, dokter akan menyuntikkan nitrogen cair untuk membekukan tumor.


Aspirasi jarum halus

Aspirasi jarum halus adalah prosedur pengeluaran cairan dari benjolan payudara dengan menggunakan jarum khusus. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan USG, agar penempatan jarum tepat pada benjolan.

Selain dengan metode di atas, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan, misalnya pil KB untuk menurunkan kadar hormon estrogen. Dalam kasus mastitis, dokter dapat meresepkan antibiotik dan obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen. Bila sedang menyusui, tidak perlu berhenti menyusui, karena tetap aman untuk bayi dan justru dapat membantu penyembuhan.
Bila benjolan pada payudara merupakan kanker payudara, dokter dapat melakukan sejumlah prosedur seperti bedah, radioterapi, kemoterapi, atau terapi hormon. Pada beberapa kasus, dokter dapat mengombinasikan 1-2 metode pengobatan di atas, tergantung pada ukuran dan stadium kanker, serta usia dan kondisi kesehatan pasien.

Pencegahan Benjolan Payudara
Kebanyakan benjolan payudara tidak dapat dicegah, karena terjadi akibat perubahan hormon yang tidak dapat dikontrol. Walaupun demikian, sangat penting bagi wanita untuk memahami payudaranya, sehingga lebih mudah menyadari bila ada perubahan pada organ tubuhnya tersebut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengenali payudara sendiri adalah dengan melakukan SADARI (periksa payudara sendiri). Dengan melakukan SADARI, pasien bisa mendeteksi adanya benjolan sejak dini.
SADARI dilakukan satu bulan sekali, pada 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi, dengan cara berikut ini:

  • Berdiri di depan cermin, dan amati bila ada perubahan pada bentuk, ukuran, warna kulit, serta permukaan kulit payudara. Perlu diketahui, umumnya bentuk payudara kanan dan kiri memang tidak simetris. Oleh karena itu, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

  • Angkat kedua tangan ke atas, lalu tekuk siku dan posisikan tangan di belakang kepala (tengkuk). Kemudian, dorong siku ke depan dan ke belakang sambil mengamati bentuk dan ukuran payudara.

  • Raba payudara menggunakan tiga jari (telunjuk, tengah, manis) yang dirapatkan. Lalu dengan tekanan lembut, lakukan gerakan memutar mulai dari sisi luar payudara hingga ke dalam dan menyentuh puting. Fokus dan rasakan dengan baik agar diketahui bila ada penebalan atau benjolan.

  • Saat mandi, posisikan tangan kanan di belakang kepala. Kemudian setelah disabuni, periksa payudara kanan dengan tangan kiri dengan gerakan melingkar, dari puting ke sisi luar payudara. Lakukan langkah yang sama pada payudara kiri.

  • Saat berbaring, letakkan tangan kiri di bawah kepala. Kemudian, periksa payudara kiri dengan tangan kanan. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan.

  • Pencet kedua puting dan amati apakah ada cairan tidak normal yang keluar dari puting.
Selain SADARI, langkah pencegahan lain adalah SADANIS (pemeriksaan payudara klinis), yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Setiap wanita disarankan menjalani SADANIS secara berkala, guna menemukan benjolan atau tanda abnormal lain pada payudara sedini mungkin.

Dokter menyarankan SADANIS dilakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 20-40 tahun, dan setahun sekali bagi wanita di atas usia 40 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar